27 Jul 2009

0 Uwais al Qarny, Sang Penghuni Langit

WARNING !!
Artikel ini kami tulis dengan tujuan agar pembaca semakin mengagumi kebesaran Allah, dan menyadari betapa kecilnya diri kita. Barang siapa yg membaca artikel ini, dengan didasari semangat "RIYA", saya berlepas diri dari akibat apapun yang terjadi pada anda setelah ini.


Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya selalu menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an. Pakaiannya hanya dua helai dan sudah kusut, yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan. Dia adalah “Uwais al-Qorni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, seringkali orang suka mentertawakan, mengolok-olok, atau menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam olok-olok lainnya.

Namun pernah suatu kali seorang fuqoha’ (ahli Fiqih/hukum Islam) dari negeri Kuffah iba, dan memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tidak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang bertanya padaku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan menderita lumpuh. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang sama-sama hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-Qorni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Peraturan-peraturan luhur yang terdapat di dalam ajaran Islam ini sangat menarik hati Uwais, sehingga ketika ajaran Islam hadir di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu menunggu datangnya kebenaran.

Banyak dari tetangganya setelah memeluk Islam, kemudian pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islami. Keinginannya untuk bertemu dengan Rasulullah pun semakin kuat tapi apa daya ia tak punya bekal yang cukup untuk pergi ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu. Jika ia pergi, tak ada yang merawatnya. Diceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kesetiaannya kepada Rasulullah SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.

Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi mengunjungi Nabi Muhammad SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.

Tibalah Uwais al-Qorni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang (kemungkinan kisah ini sedang terjadi dalam masa Ekspedisi Tabuk). Betapa kecewa hatinya. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, entah kapan beliau pulang? Sedangkan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu telah berpesan, agar ia cepat pulang ke Yaman. Karena ketaatan kepada ibunya, ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa yang mencarinya adalah pemuda yang taat kepada ibunya bernama Uwais al-Qorni. Dia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Rosulullah SAW, ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi dari ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qorni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada Ali bin Abi Thalib r.a. dan Umar bin Khattab r.a. lalu bersabda : “Suatu saat apabila kalian bertemu dengan dia mintalah do’a dan istighfarnya, karena dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”. Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi Muhammad SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah digantikan oleh Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qorni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada Sayyidina Ali r.a. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah (pedagang) yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabat itu pun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah (hamba Allah) tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali menghilang tak terdengar beritanya Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais dan bercerita; waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!” Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi?” Kami berseru “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal sedang dihantam ombak besar?” Lalu beliau berkata “Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" .“Kami telah melakukannya" kata kami. Beliau berkata “Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu.
Pada saat itu jumlah kami lima ratus orang lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan kapal kami dan isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais”. Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Tuan, sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” Beliau bertanya "Jika Allah mengembalikan harta itu pada kalian. Apakah kalian akan membagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”..”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta itu kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah meninggal dunia. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang tak dikenal yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika masyarakat pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika itu aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya. Lalu aku bermaksud kembali ke tempat penguburannya untuk memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat lagi adanya bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar r.a.) Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Demikianlah cerita tentang Uwais Al-Qorni, sang penghuni langit. Wallahu'alam.

Ref : Wikipedia Uwais Al-Qorni dan dari berbagai sumber.


UPDATE !!
September 2012

Sebagai penyeimbang wawasan, maka kami menambahkan beberapa riwayat mengenai beliau berdasarkan sumber lain.


Uwais bin ‘Amir Al-Qoroni adalah tabiin terbaik sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim[1] dari Umar bin Al-Khotthob ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ ((Sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan ia memiliki seorang ibu… )). Berkata An-Nawawi, “Ini jelas menunjukan bahwa Uwais adalah tabi’in terbaik, mungkin saja dikatakan “Imam Ahmad dan para imam yang lainnya mengatakan bahwa Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik”, maka jawabannya, maksud mereka adalah Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik dalam sisi ilmu syari’at seperti tafsir , hadits, fiqih, dan yang semisalnya dan bukan pada keafdlolan di sisi Allah”[2]

Berikut ini kami menyampaikan sebuah hadits yang berkaitan dengan kisah Uwais Al-Qoroni yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalah shahihnya[3]. Namun agar kisahnya lebih jelas dan gamblang maka dalam riwayat Imam Muslim ini kami menyelipkan riwayat-riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadroknya, Abu Ya’la dan Ibnul Mubarok dalam kedua musnad mereka.
Dari Usair bin Jabir berkata, “Umar bin Al-Khotthob, jika datang kepadanya amdad dari negeri Yaman maka Umar bertanya mereka, “Apakah ada diantara kalian Uwais bin ‘Amir ?”, hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan berkata kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”, ia berkata, “Iya”. Umar berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod[4], kemudian dari Qoron?”, ia berkata, “Benar”. Umar berkata, “Engkau dahulu terkena penyakit baros (albino) kemudian engkau sembuh kecuali seukuran dirham?” ia berkata, “Benar”. ((Pada riwayat Abu Ya’la[5]: Uwais berkata, “Dari mana engkau tahu wahai Amirul mukminin?, demi Allah tidak seorang manusiapun yang mengetahui hal ini.” Umar berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kami bahwasanya aka ada diantara tabi’in seorang pria yang disebut Uwais bin ‘Amir yang terkena penyakit putih (albino) lalu ia berdoa kepada Allah agar menghilangkan penyakit putih tersebut darinya, ia berkata (dalam doanya), “Ya Allah sisakanlah (penyakit putihku) di tubuhku sehingga aku bisa (selalu) mengingat nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku”…”)) Umar berkata, “Engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia meohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah)), oleh karenanya mohonlah kepada Allah ampunan untukku!” ((Dalam suatu riwayat Al-Hakim[6] : “Engkau yang lebih berhak untuk memohon ampunan kepada Allah untukku karena engkau adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”)), lalu Uwaispun memohon kepada Allah ampunan untuk Umar. Lalu Umar bertanya kepadanya, “Kemanakah engkau hendak pergi?”, ia berkata, “Ke Kufah (Irak)”, Umar berkata, “Maukah aku tuliskan sesuatu kepada pegawaiku di Kufah untuk kepentinganmu?”, ia berkata, “Aku berada diantara orang-orang yang lemah lebih aku sukai”.

((Dalam riwayat Al-Hakim[7] : Kemudian Uwaispun mendatangi Kufah, kami berkumpul dalam halaqoh lalu kami mengingat Allah, dan Uwais ikut duduk bersama kami, jika ia mengingatkan para hadirin (yang duduk dalam halaqoh tentang akhirat) maka nasehatnya sangat mengena hati kami tidak sebagaimana nasehat orang lain. Suatu hari aku (yaitu Usair bin Jabir) tidak melihatnya maka aku bertanya kepada teman-teman duduk (halaqoh) kami, “Apakah yang sedang dikerjakan oleh orang yang (biasa) duduk dengan kita, mungkin saja ia sakit?”, salah seorang berkata, “Orang yang mana?”, aku berkata, “Orang itu adalah Uwais Al-Qoroni”, lalu aku ditunjukan dimana tepat tinggalnya, maka akupun mendatanginya dan berkata, “Semoga Allah merahmatimu, dimanakah engkau?, kenapa engkau meninggalkan kami?”, ia berkata, “Aku tidak memiliki rida’ (selendang untuk menutup tubuh bagian atas), itulah yang menyebabkan aku tidak menemui kalian.”, maka akupun melemparkan rida’ku kepadanya (untuk kuberikan kepadanya), namun ia melemparkan kembali rida’ tersebut kepadaku, lalu akupun mendiamkannya beberapa saat lalu ia berkata, “Jika aku mengambil rida’mu ini kemudian aku memakainya dan kaumku melihatku maka mereka akan berkata, “Lihatlah orang yang cari muka ini (riya’) tidaklah ia bersama orang ini hingga ia menipu orang tersebut atau ia mengambil rida’ orang itu”. Aku terus bersamanya hingga iapun mengambil rida’ku, lalu aku berkata kepadanya, “Keluarlah hingga aku mendengar apa yang akan mereka katakan!”. Maka iapun memakai rida’ pemberianku lalu kami keluar bersama. Lalu kami melewati kaumnya yang sedang bermasjlis (sedang berkumpul dan duduk-duduk) maka merekapun berkata, “Lihatlah kepada orang yang tukang cari muka ini, tidaklah ia bersama orang itu hingga ia menipu orang itu atau mengambil rida’ orang itu”. Akupun menemui mereka dan aku berkata, “Tidak malukah kalian, kenapa kalian menggangunya (menyakitinya)?, demi Allah aku telah menawarkannya untuk mengambil rida’ku namun ia menolaknya!”))

Pada tahun depannya datang seseorang dari pemuka mereka[8] dan ia bertemu dengan Umar, lalu Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais, orang itu berkata, “Aku meninggalkannya dalam keadaan miskin dan sedikit harta” ((Dalam riwayat Ibnul Mubarok[9] : orang itu berkata “Ia adalah orang yang jadi bahan ejekan di kalangan kami, ia dipanggil Uwais”)). Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah)), maka orang itupun mendatangi Uwais dan berkata kepadanya, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau lebih baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, orang itu berkata, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau lebih baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau bertemu dengan Umar?”, Orang itu menjawab, “Iya”. ((Dalam riwayat Al-Hakim[10] : Uwais berkata, “Aku tidak akan memohonkan ampunan kepada Allah untukmu hingga engkau melakukan untukku tiga perkara”, ia berkata, “Apa itu?”, Uwais berkata, “Janganlah kau ganggu aku lagi setelah ini, janganlah engkau memberitahu seorangpun apa yang telah dikabarkan Umar kepadamu” dan Usair (perowi) lupa yang ketiga)) Maka Uwaispun memohon ampunan bagi orang itu. Lalu orang-orangpun mengerti apa yang terjadi lalu iapun pergi[11]. Usair berkata, “Dan baju Uwais adalah burdah (kain yang bagus yang merupakan pemberian si Usair) setiap ada orang yang melihatnya ia berkata, “Darimanakah Uwais memperoleh burdah itu?”[12]

Sumber : 


Artikel Terkait :
kaumseni backlink indonesia Malaysia Free Backlink ServicesFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service

4 Alien, UFO, dan Ekstra Terestial Menurut Pandangan Islam

WARNING !!
Artikel ini kami tulis dengan tujuan agar pembaca semakin mengagumi kebesaran Allah, dan menyadari betapa kecilnya diri kita. Barang siapa yg membaca artikel ini, dengan didasari semangat "RIYA", saya berlepas diri dari akibat apapun yang terjadi pada anda setelah ini.


Alien dan UFO? Ketika mendengar nama itu, sebagian besar orang akan terbayang sosok mahluk cebol berkepala botak dan bermata besar, dengan latar belakang kendaraan berupa piring terbang bercahaya. Atau terbayang sebuah film yang dibintangi oleh Sigourney Weaver pada era 90-an dimana menggambarkan Alien sebagai mahluk predator. Fenomena UFO dan Alien akan selalu menjadi bahan yang menarik untuk dijadikan latar belakang sebuah film fiksi ilmiah, sebut saja Star Trek, Men in Black, dan Independence Day.

.
Semenjak awal abad 20 masyarakat semakin banyak memperbincangkan mengenai topik yang satu ini. Ditambah lagi dengan banyaknya laporan adanya penampakan kendaraan bercahaya, atau mahluk-mahluk aneh ini pada beberapa orang di berbagai tempat. Lalu wajar saja kalau kita jadi bertanya-tanya, benarkah mereka ada? Kami akan mencoba membahas masalah ini dari sudut pandang seorang muslim. 

.
Beberapa orang beranggapan, jika suatu saat ditemukan adanya kehidupan di luar bumi, maka dogma-dogma agama akan terbantahkan. Itu sebabnya, beberapa pemuka agama tertentu merasa segan untuk berurusan dengan topik yang satu ini dan memilih tidak mempercayai keberadaannya. Namun ternyata tidak begitu halnya dengan Islam. Allah jauh-jauh hari telah memberitakan kepada kita bahwa Dia telah menciptakan mahluk-mahluk yang disebarkan di berbagai penjuru langit dan bumi ;
.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi serta makhluk-makhluk melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS As Syuura : 29)

Dan kepada Allah sajalah bersujud segala yang di langit dan di bumi (yang terdiri) dari mahluk-mahluk melata dan para malaikat, sedang mereka tidak menyombongkan diri (QS An-Nahl 16:49)
. 
Langit disini lebih cenderung mengacu pada luar angkasa, bukan atmosfir bumi. Islam sebagai rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi alam semesta), menerima keberadaan mahluk hidup di luar angkasa sebagai bagian dari ciptaan Allah yang Maha Kuasa. Namun, bagaimana pandangan Islam tentang Alien dan UFO? Bukankah Allah tidak menyebutkan tentang mahluk-mahluk beradab lain selain Malaikat, Jin dan Manusia? Juga tidak disebutkan adanya planet lain yang memiliki kehidupan? Pertanyaan ini yang sering menjadi perdebatan di kalangan alim ulama. Kami akan mengupasnya dengan pendapat pribadi sebagai penulis, berdasarkan beberapa literatur yang pernah kami baca.
.
Di dalam Al Qur'an maupun hadits, sering disebut-sebut tentang para penduduk langit. Sebagian ulama menafsirkan penduduk langit adalah para malaikat yang menjalankan tugasnya di seluruh penjuru langit. Namun ada sebuah hadis yang cukup menarik tentang hal ini.
.
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah, malaikatNya, serta penduduk langit dan bumi, hingga semut yang ada di dalam lubangnya, dan ikan-ikan di lautan, (semuanya) bersalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia” (HR. Tirmidzi)..

Dari hadis ini terlihat jelas bahwa Rasulullah membedakan antara malaikat dan penduduk langit. Ada yang berpendapat bahwa penduduk langit adalah orang-orang yang di surga. Namun itu mustahil, kita semua baru bisa memasuki surga setelah dibangkitkan kelak di padang mahsyar. Ada pula pendapat bahwa para penduduk langit adalah para nabi yang sudah wafat, memang itu juga ada benarnya. Namun kami cenderung pada pendapat bahwa penduduk langit terdiri dari malaikat dan mahluk-mahluk selain malaikat, yang dalam hal ini adalah merupakan rahasia Allah. Allah berkuasa untuk menciptakan mahluk-mahluk berperadaban di berbagai planet di seluruh penjuru alam semesta, dan tidak disebutkannya mereka di dalam Al Qur'an bukan berarti mereka tidak ada. Sebagaimana perumpamaan, di dalam Al Qur'an hanya disebutkan tentang 25 orang nabi. Namun jumlah nabi yang sesungguhnya sangatlah banyak (di dalam hadis disebutkan jumlah nabi adalah sekitar 125 ribu).

. .
Demikianlah, sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui kebenaran ada tidaknya mereka, hanya saja kami ingin mengajak anda untuk berpikir terbuka bahwa jika suatu saat benar-benar terbukti bahwa mereka ada, sesungguhnya itu hanyalah membuktikan kekuasaan yang tak terbatas dan diluar pemahaman kita dari Allah Sang Maha Pencipta. Inilah Islam, rahmat bagi seluruh alam semesta, bukan hanya rahmat bagi seluruh bumi.
Namun belakangan ini muncul beberapa fenomena yang menghawatirkan mengenai Alien dan UFO ini. Beberapa orang di berbagai tempat mengaku telah ditemui atau diculik oleh mahluk-mahluk ini. Juga mengenai maraknya laporan tentang kemunculan piring terbang bercahaya dan juga Crop Circle (jejak UFO berupa lingkaran aneh yang terbentuk di ladang). Berdasarkan berbagai sumber yang kami baca, mereka mengaku diinterogasi oleh mahluk-mahluk itu, dan kemudian sebelum dilepaskan mereka diberikan informasi-informasi yang aneh. Kami akan mencoba menyampaikan secara garis besar informasi-informasi yang disampaikan oleh alien-alien ini. 

.
Umumnya mereka mengaku berasal dari gugusan bintang tertentu, seperti Pleiades, Orion, dsb. Meskipun ada pula yang mengaku sebagai penduduk asli bumi keturunan dinosaurus yang punah.
Umumnya mereka mengaku sudah lama mengamati manusia dan tidak memiliki niat buruk.
Umumnya mereka memberi informasi tentang sejarah bumi dan alam semesta yang berbeda-beda menurut versi masing-masing jenis Alien.

.
Dan yang paling menghawatirkan, mereka menyampaikan tentang sejarah keberadaan manusia (ataupun tentang Adam dan Hawa) yang sangat bertentangan dengan apa yang selama ini kita dapatkan dalam ajaran Islam. Dan parahnya, cerita itu berbeda-beda versi pula tergantung jenis Aliennya. Bahkan ada yang mengaku sebagai pencipta manusia melalui rangkaian percobaan mutasi pada kera-kera purba.
.......
Akibat dari informasi itu, telah banyak orang yang terjerumus dalam atheis, atau bahkan menghambakan diri pada mahluk-mahluk itu. Salah satu mahluk yang mengaku keturunan asli dinosaurus (Reptilian Race) bahkan mengaku perduli dengan umat manusia dan memberitahu bahwa manusia diciptakan sebagai hasil rekayasa genetik (mutasi) oleh Alien lain yang disebut Elohim untuk kelak dijadikan budak. Dimana Elohim dalam bahasa Ibrani yang dimaksud adalah Allah. Sebagai seorang muslim, kita akan langsung bisa melihat dengan jelas apa motif mahluk-mahluk itu. Yaitu menyebarkan informasi yang secara kontinyu menjauhkan manusia dari Agama. Alhamdulillah kita sebagai muslim telah diberitakan, bahwa di bumi ini juga ada mahluk berakal lain selain kita yaitu bangsa Jin. Kita tahu bahwa beberapa golongan Jin memiliki kemampuan untuk mewujudkan diri di dimensi manusia. Dan kita juga tahu bahwa sebagian dari mereka yang disebut sebagai bangsa syetan, juga memiliki motif yang identik yaitu menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
.
Kiranya dari gambaran diatas kita bisa menarik kesimpulan mengenai siapa dalang dari semua mis-informasi ini. Perlu diperhatikan juga dalam referensi buku "Dialog dengan Jin Muslim" karya Muhammad Isa Dawud, diberitakan bahwa beberapa golongan Jin (terutama Syetan), memiliki pula tehnologi yang sangat maju, yang mungkin mustahil bagi manusia untuk mengikutinya. Bisa jadi disebabkan karena kelebihan wujud fisik mereka yang yang bahkan sanggup untuk memindahkan benda-benda berat dalam waktu sekejap seperti dalam kisah nabi Sulaiman AS. Jadi berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, kemungkinan besar biang keladi penyesatan ini tak lain adalah syetan-syetan yang menyamar sebagai Alien.
.
Jika kita membaca majalah-majalah UFO yang diterbitkan di Indonesia contohnya adalah Info UFO dan Beta UFO, kita bisa melihat sejauh mana kerusakan yang terjadi akibat Informasi yang dibawa oleh mahluk-mahluk itu. Disana mulai muncul propaganda-propaganda ekstraterestial yang seringkali disangkutpautkan dengan ajaran kebudayaan Pagan maupun Judaisme, dimana kita sama-sama tahu bahwa otentisitas literaturnya meragukan secara ilmiah. Apabila anda membaca sendiri majalah-majalah itu, akan terlihat jelas sekali adanya suatu usaha untuk membuat manusia bingung dan akhirnya berpaling dari agama. Dan saat ini kita belum tahu berapa orang yang telah menjadi korban.
.
Islam mengajarkan kita untuk menempatkan diri secara benar. Kita tidak memungkiri adanya kemungkinan keberadaan mahluk-mahluk asing (Alien) di luar sana. Namun kita juga jangan sampai terpengaruh propaganda dari mahluk-mahluk yang mengklaim sebagai Alien dan percaya begitu saja Informasi yang disampaikan oleh mereka. Apalagi jika lebih mendasarkan diri pada berbagai legenda kaum pagan dan judaisme, yang kebenarannya jelas-jelas sangat meragukan.

Dan sebagai pelengkap, saksikan video di bawah ini mengenai teknologi yang memungkinkan tipu daya ekstraterestrial secara massal. Wajib ditonton.

PROJECT BLUE BEAM

Pada kesempatan lain kami akan membuat tulisan mengenai berbagai fenomena yang belum bisa teridentifikasi, serta kemungkinan penyerangan bumi oleh mahluk asing (alien) di akhir zaman.. 
Semuanya Insya'Allah dalam perspektif Islam..

Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah (berpengaruh) sedikitpun terhadap kebenaran. (QS: An Najm 28)
.

Referensi : http://www.betaufo.org/majalah.html (Berhati-hatilah dalam menyikapi link ini)


Artikel Terkait :
Ya'juj dan Ma'juj di Akhir Zaman
Uways Al Qarni Sang Penduduk Langit
Alien UFO dan Ekstra Terestial Dalam Pandangan Islam

kaumseni backlink indonesia Malaysia Free Backlink ServicesFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service

Followers

Komentar Terkini

Make Your Own by Judhazt KASKUS
 

www.islamperspektif.blogspot.com Copyright © 2009 - |- Created by O Judhazt Kaskus - |- Visit My Youtube Channel