13 Sep 2009

1 Ya'juj dan Ma'juj di Akhir Zaman

WARNING !!
Artikel ini kami tulis dengan tujuan agar pembaca semakin mengagumi kebesaran Allah, dan menyadari betapa kecilnya diri kita. Barang siapa yg membaca artikel ini, dengan didasari semangat "RIYA", saya berlepas diri dari akibat apapun yang terjadi pada anda setelah ini.


Akhir Zaman ...
Kebanyakan pembahasan soal akhir zaman dan huru hara nya berkisar pada topik mengenai Fitnah Dajjal dan kemunculan Imam Mahdi, juga tentang kedatangan Isa Almasih yang kedua kalinya. Namun sangat jarang orang membahas mengenai Ya'juj dan Ma'juj secara mendalam, kalaupun ada yang membahas hanya sebagai peran figuran saja dalam peristiwa besar akhir zaman. Padahal, huru hara yang ditimbulkan oleh kedua bangsa ini adalah peristiwa puncak yang jauh lebih dahsyat daripada peristiwa perang Armageddon antara Imam Mahdi melawan Dajjal dan pengikutnya. Segala rangkaian peristiwa yang terjadi dalam hadis-hadis mengenai huru hara akhir zaman akan berkerucut pada peristiwa munculnya kedua bangsa ini. Karena itu dalam tulisan ini, kami akan mencoba mengupas mengenai Ya'juj dan Ma'juj, latar belakangnya dan huru hara yang akan ditimbulkannya.
Pembahasan ini akan dilakukan dengan berdasarkan Al Qur'an serta Hadits yang akan dibingkai dalam pola pikir kami sebagai penulis dan akan dijabarkan berdasarkan kronologi terjadinya peristiwa. Kami menyadari mungkin saja pembahasan ini akan kontroversi dengan pendapat para ulama. Kalaupun ada yang salah, ini tak lebih merupakan kekurangan kami pribadi sebagai manusia biasa yang penuh ketidak sempurnaan.
Kedatangan Ya'juj dan Ma'juj di Masa Silam
Kemunculan Ya'juj dan Ma'juj dimasa silam pertama kali dijelaskan dalam Al Qur'an yaitu pada surat Al Kahfi. Diceritakan bahwa dimasa lalu pernah ada seorang raja bernama Zulkarnain yang sempat berhadapan dengan kedua bangsa ini. Demikan ayat-ayatnya :
93. Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan
94. Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"
95. Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding (batas) antara kamu dan mereka,
96. berilah aku potongan-potongan besi." Hingga apabila besi itu telah sama rata (tinggi) dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)." Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu."
97. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.
98. Dzulkarnain berkata: "Ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar."
99. Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya
(QS Al Kahfi 93 - 99)..

Ketika membaca ayat-ayat diatas kita bisa menyimak bersama, bahwa pada masa lalu kedua bangsa ini yaitu Ya'juj dan Ma'juj telah menjadi ancaman bagi sekelompok masyarakat yang berlokasi di antara dua buah gunung. Kemudian datanglah Raja Zulkarnain yang  berdasarkan ilham dari Allah SWT, mendirikan sebuah bangunan berkerangka besi yang di cor dengan tembaga, serta tingginya menyamai kedua gunung atau bukit itu. Yang mana Ya'juj dan Ma'juj tidak memiliki kemampuan untuk melewatinya (memanjatnya), ataupun melubanginya. Sebagai berita tambahan dari Allah, pada akhir zaman bangunan tersebut akan hancur, sehingga Ya'juj dan Ma'juj dapat muncul kembali dan merajalela. Beberapa point dalam ayat-ayat itu hingga kini masih merupakan misteri yang belum dapat dijelaskan dengan pasti, dan terbuka untuk berbagai macam penafsiran. Kami akan membahas penafsiran-penafsiran ini lebih lanjut.

Diantara yang masih diperdebatkan para ulama adalah, siapakah Ya'juj dan Ma'juj? Beberapa ulama di masa lalu menafsirkan bahwa mereka adalah bangsa Mongol dan Tartar. Namun teori itu sekarang ini menjadi tidak berdasar, mengapa? Karena bangsa Mongol dan Tartar ini pun telah muncul dan menyebar ke seluruh dunia sebelum terjadinya huru hara akhir zaman. Dan tidak ada satupun tembok tembaga yang membendung mereka. Beberapa ulama lain menafsirkan kedua bangsa ini sebagai perang dingin antara blok barat dan timur. Tetapi seperti yang kita ketahui bersama, perang dingin telah berakhir tanpa terjadinya huru hara besar seperti yang diceritakan dalam hadis. Maka hingga kini siapa dan apa latar belakang kedua bangsa ini masih menjadi misteri.
Perdebatan yang lain adalah mengenai ihwal bangunan yang telah didirikan oleh pasukan Raja Zulkarnain. Bangunan macam apa yang bisa mengurung sebuah bangsa hingga akhir zaman? Sebagian besar ulama menafsirkan bangunan ini sebagai sebuah tembok raksasa yang tingginya menyamai kedua bukit tempat berdiamnya masyarakat yang meminta bantuan Zulkarnain itu. Namun hingga kini, tidak satupun penemuan arkeologi yang pernah membuktikan keberadaan bangunan ini. Dan jikalaupun memang ini adalah sebuah dinding, apakah mungkin dinding ini dapat mengisolasi sebuah bangsa selama ribuan tahun tanpa bisa dilewati? Bisa saja Ya'juj dan Ma'juj mengambil jalan memutar dinding itu dan membuat huru hara sejak lama. Jadi bangunan macam apa sebenarnya yang didirikan oleh Raja Zulkarnain? Dan mengapa Allah menjelaskan begitu detil mengenai struktur bangunan ini yang memiliki kerangka besi dibalut oleh cor tembaga? Karena sebagaimana kita ketahui, ketika Allah menjelaskan sesuatu secara detil seperti ini dalam Al Qur'an, pasti ada suatu maksud tersembunyi dalam penafsirannya. Dan hal ini masih menjadi misteri. Secara logika, kalau hanya untuk mengisolir suatu kaum saja, bangunan yang terbuat dari batu seharusnya sudah cukup. Mengapa harus dari tembaga berkerangka besi?
Kemunculan Ya'juj dan Ma'juj di Akhir Zaman
Berdasarkan kronologi hadis, dapat diketahui bahwa Ya'juj dan Ma'juj muncul membuat huru hara sesudah peristiwa ditumpasnya Dajjal dan Bani Isra'el oleh Imam Mahdi dan Isa Almasih, melalui suatu peperangan dahsyat yang memakan banyak korban jiwa maupun materiil. Dahsyatnya peperangan itu digambarkan dalam hadits sebagai berikut...
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: Maka ketika telah sampai hari yang keempat, bangkitlah seluruh umat Islam, lalu Allah SWT menimpakan bencana terhadap mereka (Dajjal dan pengikutnya) dan terbunuhlah mereka dengan dahsyatnya, hingga tidak pernah terlihat oleh orang sebelumnya. Sehingga apabila burung melewati kawasan pertempuran mereka, maka burung itu akan mati sebelum melewati mereka. Maka bertambahlah ‘turunan bapak’ yang mati, sehingga tidak ditemukan yang tersisa dari mereka kecuali seorang laki-laki. (HR. Muslim)


Namun kemenangan besar umat Islam dalam peperangan melawan Dajjal dan pengikutnya bukanlah merupakan akhir perjuangan. Peperangan ini mungkin telah berakibat pada suatu peristiwa yang lebih besar lagi yang harus di hadapi oleh umat muslim. Bangunan yang menghalangi Ya'juj dan Ma'juj hancur, entah oleh sebab apa. Kemungkinan akibat dahsyatnya peperangan yang terjadi di berbagai belahan dunia sehingga secara tak sengaja menghancurkan bangunan ini (ini hanyalah asumsi kami). Huru hara akhir zaman yang sesungguhnya segera akan dimulai. Dalam Al Qur'an dijelaskan awal kejadiannya sebagai berikut :

96. Hingga apabila dibukakan (pembatas) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
97. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (akhir zaman), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): "Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim."
(QS: Al Anbiya 96-97)
Berikutnya akan kami kutipkan berbagai hadis yang menjelaskan tentang huru hara Ya'juj dan Ma'juj. Kami edit sedikit tanpa mengurangi maknanya. Demikian isinya :


Rasulullah bersabda : "Dinding pembatas Ya'juj dan Ma'juj akan terbuka, maka mereka akan menyerang semua manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat-tempat yang tinggi" (QS . Al Anbiyaa' : 96). Maka mereka akan menyerang manusia, sedangkan kaum Muslim akan berlarian dari mereka ke kota-kota dan benteng-benteng mereka, sambil membawa binatang-binatang ternak bersama mereka. Sedangkan mereka (Ya'juj dan Ma'juj) meminum semua air di bumi, sehingga apabila sebagian dari mereka melewati sebuah sungai maka merekapun meminum air sungai tersebut sampai kering dan ketika sebagian yang lain dari mereka melewati sungai yang sudah kering tersebut, maka mereka berkata: "Dulu di sini pernah ada air".
Dan apabila tidak ada lagi manusia yang tersisa kecuali seorang saja di sebuah kota atau benteng, maka berkatalah salah seorang dari mereka (Ya'juj dan Ma'juj): "Penduduk bumi sudah kita habisi, maka berikutnya yang tertinggal adalah penduduk langit", kemudian salah seorang dari mereka melemparkan tombaknya ke langit, dan tombak tersebut kembali dengan berlumur darah yang menunjukkan suatu bencana dan fitnah. Maka tatkala rnereka sedang asyik berbuat demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus ulat ke pundak mereka seperti ulat belalang yang keluar dari kuduknya, maka pada pagi harinya mereka pun mati dan tidak terdengar satu nafaspun. Setelah itu kaum Muslim berkata: "Apakah ada seorang laki-laki yang berani mati untuk melihat, apa yang sedang dilakukan oleh musuh kita ini?" maka majulah salah seorang dari mereka dengan perasaan tak takut mati, kemudian dia menemukan bahwa mereka semua (Yajuj dan Ma'juj) telah mati dalam keadaan sebagian mereka di atas sebagian yang lain (bertumpukan), maka laki-laki tersebut berseru: "Wahai semua kaum Muslim bergembiralah kalian, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri sudah membinasakan musuhmu", maka mereka pun keluar dari kota-kota dan benteng-benteng dan melepaskan ternak-ternak mereka ke padang-padang rumput kemudian padang rumput tersebut dipenuhi oleh daging-daging binatang ternak, maka semua susu ternak tersebut gemuk (penuh) seperti tunas pohon yang paling bagus yang tidak pernah dipotong." (Hadits diriwayatkan oleh. Ahmad, Ibn Majah, Ibn Hiban dan Hakim dari Abu Sa’id)
Pada hadis lain digambarkan mengenai apa yang terjadi pada Nabi Isa Almasih dalam huru hara itu :
Dikisahkan : fitnah dan kejahatan mereka (Ya’juj dan Ma'juj) sangat besar dan menyeluruh , tiada seorang manusiapun yang dapat mengatasinya, jumlah mereka pun sangat banyak sehingga kaum Muslimin akan menyalakan api selama 7 tahun untuk berlindung dari penyerangan mereka, para pemanah dan perisai mereka. (seperti yang diterangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Nawwas)


Rasulullah Muhammad saw bersabda :
Maka saat mereka telah keluar (dari dinding yang menghalangi mereka), Allah SWT berfirman kepada Isa ibn Maryam: ”Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba yang tidak akan mampu diperangi oleh siapapun (Ya’juj dan Ma'juj), maka hendaklah kamu mengasingkan hamba-hambaKu (manusia) ke Gunung Thur (Thursina)”.
Dan di Thur terkepunglah Nabiyullah ‘Isa beserta para sahabatnya, sehingga harga sebuah kepala sapi lebih mahal dari 100 dinar kamu hari ini. Kemudian Nabiyullah ‘Isa dan para sahabatnya menginginkan itu, namun mereka tidak menemukan sejengkalpun dari tanah di bumi kecuali dipenuhi oleh bau anyir dan busuk mereka. Kemudian Nabi Isa dan sahabatnya memohon kelapangan (kemudahan) pada Allah SWT. Maka Allah mengutus seekor burung yang akan membawa mereka kemudian menurunkan mereka sesuai dengan kehendak Allah, kemudian Allah menurunkan air hujan yang tidak meninggalkan satu rumahpun di kota atau di kampung, maka Ia membasahi bumi sehingga menjadi seperti sumur yang penuh.” (HR. Ahmad, Muslim & Tirmidzi dari An Nawwas bin Sam’am)
Dan hadis berikut ini adalah sebuah penggambaran mengenai akhir dari semua huru hara akhir zaman.
Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda:
"Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al-Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan, dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi menyukainya, dan dia akan membagi-bagikan kekayaan secara tepat (merata)."
Hadis-hadis yang telah kami paparkan diatas adalah salah satu tanda kiamat yang telah diceritakan oleh Nabi Muhammad saw ribuan tahun yang lalu. Perlu diketahui, hadis-hadis tersebut disampaikan sesuai dengan pola pikir masyarakat arab yang pada masa itu belum mengenal tekhnologi modern. Pemaparan hadis-hadis diatas cukup gamblang menggambarkan betapa parahnya situasi pada masa kemunculan Ya'juj dan ma'juj. Namun banyak hal yang mengundang pertanyaan mengenai apa yang dipaparkan dalam hadis itu.
Pertanyaannya :
1. Siapakah sebenarnya Yajuj dan Ma'juj itu,
2. Apa maksudnya mereka turun dengan cepat dari tempat-tempat yang tinggi?
3. Siapa yang dimaksud dengan penduduk langit dalam hadis-hadis diatas?
4. Apa yang dimaksud dengan "Dinding Pembatas" Yajuj dan Ma'juj?
5. Tombak macam apa pula yang bisa dilemparkan ke langit dan mengenai sasaran?
6. Mengapa Yajuj dan Ma'juj menyedot air dimana-mana sampai mengeringkan sungai? Dan bagaimana caranya?
7. Ulat macam apa yg bisa memusnahkan mereka?
Akhir Kata
kami hanya ingin membukakan wawasan para pembaca bahwa tugas besar Nabi Isa as itu sesungguhnya lebih besar dari yang kita bayangkan. Bukan sekedar menyampaikan syari'at kepada bani Israel di masa lalu, bukan juga sekedar membunuh Dajjal. Namun berdasarkan hadis itu, Isa Almasih benar-benar ditugaskan Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari bencana yang lebih besar lagi, yaitu Ya'juj dan Ma'juj.
Hanya Allah yang mengetahui ihwal kejadian yang sebenarnya mengenai misteri Ya'juj dan Ma'juj. Dan tidak menutup kemungkinan, bahwa mereka bukanlah termasuk penduduk bumi (berdasarkan cara munculnya yaitu turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi). Dan tidak menutup kemungkinan pula dinding yang dibuat oleh raja Zulkarnain itu sebenarnya adalah suatu bangunan yang menghalangi mereka mencapai bumi atau minimal mengetahui lokasi bumi.. Yang jelas, apapun yang terjadi hendaklah kita tetap berpegang pada Al Qur'an dan hadis, karena apabila kejadian seperti yang digambarkan dalam hadis diatas benar-benar terjadi, yang membuat kita mampu bertahan hanyalah ketaqwaan yang teguh kepada Allah. Dan percayalah, Allah akan menolong hamba-hamba yang selalu berusaha menolong agamaNya.
....
Wallahu'alam ...
Reff : Wikipedia Isa

Artikel Terkait :



kaumseni backlink indonesia Malaysia Free Backlink ServicesFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service

27 Jul 2009

0 Uwais al Qarny, Sang Penghuni Langit

WARNING !!
Artikel ini kami tulis dengan tujuan agar pembaca semakin mengagumi kebesaran Allah, dan menyadari betapa kecilnya diri kita. Barang siapa yg membaca artikel ini, dengan didasari semangat "RIYA", saya berlepas diri dari akibat apapun yang terjadi pada anda setelah ini.


Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya selalu menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an. Pakaiannya hanya dua helai dan sudah kusut, yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan. Dia adalah “Uwais al-Qorni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, seringkali orang suka mentertawakan, mengolok-olok, atau menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam olok-olok lainnya.

Namun pernah suatu kali seorang fuqoha’ (ahli Fiqih/hukum Islam) dari negeri Kuffah iba, dan memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tidak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang bertanya padaku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan menderita lumpuh. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang sama-sama hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-Qorni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Peraturan-peraturan luhur yang terdapat di dalam ajaran Islam ini sangat menarik hati Uwais, sehingga ketika ajaran Islam hadir di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu menunggu datangnya kebenaran.

Banyak dari tetangganya setelah memeluk Islam, kemudian pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islami. Keinginannya untuk bertemu dengan Rasulullah pun semakin kuat tapi apa daya ia tak punya bekal yang cukup untuk pergi ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu. Jika ia pergi, tak ada yang merawatnya. Diceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kesetiaannya kepada Rasulullah SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.

Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi mengunjungi Nabi Muhammad SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.

Tibalah Uwais al-Qorni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang (kemungkinan kisah ini sedang terjadi dalam masa Ekspedisi Tabuk). Betapa kecewa hatinya. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, entah kapan beliau pulang? Sedangkan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu telah berpesan, agar ia cepat pulang ke Yaman. Karena ketaatan kepada ibunya, ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa yang mencarinya adalah pemuda yang taat kepada ibunya bernama Uwais al-Qorni. Dia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Rosulullah SAW, ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi dari ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qorni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada Ali bin Abi Thalib r.a. dan Umar bin Khattab r.a. lalu bersabda : “Suatu saat apabila kalian bertemu dengan dia mintalah do’a dan istighfarnya, karena dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”. Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi Muhammad SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah digantikan oleh Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qorni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada Sayyidina Ali r.a. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah (pedagang) yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabat itu pun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah (hamba Allah) tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali menghilang tak terdengar beritanya Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais dan bercerita; waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!” Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi?” Kami berseru “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal sedang dihantam ombak besar?” Lalu beliau berkata “Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" .“Kami telah melakukannya" kata kami. Beliau berkata “Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu.
Pada saat itu jumlah kami lima ratus orang lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan kapal kami dan isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais”. Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Tuan, sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” Beliau bertanya "Jika Allah mengembalikan harta itu pada kalian. Apakah kalian akan membagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”..”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta itu kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah meninggal dunia. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang tak dikenal yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika masyarakat pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika itu aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya. Lalu aku bermaksud kembali ke tempat penguburannya untuk memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat lagi adanya bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar r.a.) Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Demikianlah cerita tentang Uwais Al-Qorni, sang penghuni langit. Wallahu'alam.

Ref : Wikipedia Uwais Al-Qorni dan dari berbagai sumber.


UPDATE !!
September 2012

Sebagai penyeimbang wawasan, maka kami menambahkan beberapa riwayat mengenai beliau berdasarkan sumber lain.


Uwais bin ‘Amir Al-Qoroni adalah tabiin terbaik sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim[1] dari Umar bin Al-Khotthob ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ ((Sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan ia memiliki seorang ibu… )). Berkata An-Nawawi, “Ini jelas menunjukan bahwa Uwais adalah tabi’in terbaik, mungkin saja dikatakan “Imam Ahmad dan para imam yang lainnya mengatakan bahwa Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik”, maka jawabannya, maksud mereka adalah Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik dalam sisi ilmu syari’at seperti tafsir , hadits, fiqih, dan yang semisalnya dan bukan pada keafdlolan di sisi Allah”[2]

Berikut ini kami menyampaikan sebuah hadits yang berkaitan dengan kisah Uwais Al-Qoroni yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalah shahihnya[3]. Namun agar kisahnya lebih jelas dan gamblang maka dalam riwayat Imam Muslim ini kami menyelipkan riwayat-riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadroknya, Abu Ya’la dan Ibnul Mubarok dalam kedua musnad mereka.
Dari Usair bin Jabir berkata, “Umar bin Al-Khotthob, jika datang kepadanya amdad dari negeri Yaman maka Umar bertanya mereka, “Apakah ada diantara kalian Uwais bin ‘Amir ?”, hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan berkata kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”, ia berkata, “Iya”. Umar berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod[4], kemudian dari Qoron?”, ia berkata, “Benar”. Umar berkata, “Engkau dahulu terkena penyakit baros (albino) kemudian engkau sembuh kecuali seukuran dirham?” ia berkata, “Benar”. ((Pada riwayat Abu Ya’la[5]: Uwais berkata, “Dari mana engkau tahu wahai Amirul mukminin?, demi Allah tidak seorang manusiapun yang mengetahui hal ini.” Umar berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kami bahwasanya aka ada diantara tabi’in seorang pria yang disebut Uwais bin ‘Amir yang terkena penyakit putih (albino) lalu ia berdoa kepada Allah agar menghilangkan penyakit putih tersebut darinya, ia berkata (dalam doanya), “Ya Allah sisakanlah (penyakit putihku) di tubuhku sehingga aku bisa (selalu) mengingat nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku”…”)) Umar berkata, “Engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia meohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah)), oleh karenanya mohonlah kepada Allah ampunan untukku!” ((Dalam suatu riwayat Al-Hakim[6] : “Engkau yang lebih berhak untuk memohon ampunan kepada Allah untukku karena engkau adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”)), lalu Uwaispun memohon kepada Allah ampunan untuk Umar. Lalu Umar bertanya kepadanya, “Kemanakah engkau hendak pergi?”, ia berkata, “Ke Kufah (Irak)”, Umar berkata, “Maukah aku tuliskan sesuatu kepada pegawaiku di Kufah untuk kepentinganmu?”, ia berkata, “Aku berada diantara orang-orang yang lemah lebih aku sukai”.

((Dalam riwayat Al-Hakim[7] : Kemudian Uwaispun mendatangi Kufah, kami berkumpul dalam halaqoh lalu kami mengingat Allah, dan Uwais ikut duduk bersama kami, jika ia mengingatkan para hadirin (yang duduk dalam halaqoh tentang akhirat) maka nasehatnya sangat mengena hati kami tidak sebagaimana nasehat orang lain. Suatu hari aku (yaitu Usair bin Jabir) tidak melihatnya maka aku bertanya kepada teman-teman duduk (halaqoh) kami, “Apakah yang sedang dikerjakan oleh orang yang (biasa) duduk dengan kita, mungkin saja ia sakit?”, salah seorang berkata, “Orang yang mana?”, aku berkata, “Orang itu adalah Uwais Al-Qoroni”, lalu aku ditunjukan dimana tepat tinggalnya, maka akupun mendatanginya dan berkata, “Semoga Allah merahmatimu, dimanakah engkau?, kenapa engkau meninggalkan kami?”, ia berkata, “Aku tidak memiliki rida’ (selendang untuk menutup tubuh bagian atas), itulah yang menyebabkan aku tidak menemui kalian.”, maka akupun melemparkan rida’ku kepadanya (untuk kuberikan kepadanya), namun ia melemparkan kembali rida’ tersebut kepadaku, lalu akupun mendiamkannya beberapa saat lalu ia berkata, “Jika aku mengambil rida’mu ini kemudian aku memakainya dan kaumku melihatku maka mereka akan berkata, “Lihatlah orang yang cari muka ini (riya’) tidaklah ia bersama orang ini hingga ia menipu orang tersebut atau ia mengambil rida’ orang itu”. Aku terus bersamanya hingga iapun mengambil rida’ku, lalu aku berkata kepadanya, “Keluarlah hingga aku mendengar apa yang akan mereka katakan!”. Maka iapun memakai rida’ pemberianku lalu kami keluar bersama. Lalu kami melewati kaumnya yang sedang bermasjlis (sedang berkumpul dan duduk-duduk) maka merekapun berkata, “Lihatlah kepada orang yang tukang cari muka ini, tidaklah ia bersama orang itu hingga ia menipu orang itu atau mengambil rida’ orang itu”. Akupun menemui mereka dan aku berkata, “Tidak malukah kalian, kenapa kalian menggangunya (menyakitinya)?, demi Allah aku telah menawarkannya untuk mengambil rida’ku namun ia menolaknya!”))

Pada tahun depannya datang seseorang dari pemuka mereka[8] dan ia bertemu dengan Umar, lalu Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais, orang itu berkata, “Aku meninggalkannya dalam keadaan miskin dan sedikit harta” ((Dalam riwayat Ibnul Mubarok[9] : orang itu berkata “Ia adalah orang yang jadi bahan ejekan di kalangan kami, ia dipanggil Uwais”)). Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah)), maka orang itupun mendatangi Uwais dan berkata kepadanya, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau lebih baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, orang itu berkata, “:Mohonlah ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau lebih baru saja selesai safar dalam rangka kebaikan maka engkaulah yang memohon ampunan kepada Allah untukku”, Uwais berkata, “Engkau bertemu dengan Umar?”, Orang itu menjawab, “Iya”. ((Dalam riwayat Al-Hakim[10] : Uwais berkata, “Aku tidak akan memohonkan ampunan kepada Allah untukmu hingga engkau melakukan untukku tiga perkara”, ia berkata, “Apa itu?”, Uwais berkata, “Janganlah kau ganggu aku lagi setelah ini, janganlah engkau memberitahu seorangpun apa yang telah dikabarkan Umar kepadamu” dan Usair (perowi) lupa yang ketiga)) Maka Uwaispun memohon ampunan bagi orang itu. Lalu orang-orangpun mengerti apa yang terjadi lalu iapun pergi[11]. Usair berkata, “Dan baju Uwais adalah burdah (kain yang bagus yang merupakan pemberian si Usair) setiap ada orang yang melihatnya ia berkata, “Darimanakah Uwais memperoleh burdah itu?”[12]

Sumber : 


Artikel Terkait :
kaumseni backlink indonesia Malaysia Free Backlink ServicesFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service

Followers

Komentar Terkini

Make Your Own by Judhazt KASKUS
 

www.islamperspektif.blogspot.com Copyright © 2009 - |- Created by O Judhazt Kaskus - |- Visit My Youtube Channel